Jumat, 26 Maret 2010

Akhirnya aku kembali ke tempat ini. Aku tidak bisa menahan perasaanku untuk tidak menemuinya lagi. Aku hanya ingin melihatnya dari jarak yang agak jauh, dari tempat yang agak terlindung. Dari balik malam, dengan leluasa aku bisa melihatnya tertawa dan tersenyum --tawa dan senyum yang dibuat-buat-- di hadapan para tamu.

Tempat dia duduk menunggu tamu cukup terang bagi mataku, meski tempat itu hanya ditaburi cahaya merah yang redup. Aku masih bisa merasakan pancaran matanya yang pedih. Aku merasa dia sedang memperhatikan aku. Aku berusaha bersembunyi di balik kerumunan para pengunjung yang berseliweran di luar ruangan. Tapi sejenak aku ragu, apakah benar dia melihatku? Ah, jangan-jangan itu hanya perasaanku saja. Aku yakin dia kecewa dengan aku. Dia kecewa karena aku gagal membawanya pergi dari tempat ini.

Hampir setiap malam aku mengunjungi tempat ini hanya untuk melihatnya dari kegelapan dan memastikan dia baik-baik saja. Aku seperti mata-mata yang sedang mengintai mangsanya. Atau mungkin aku seorang pengecut yang tidak berani menunjukkan batang hidung setelah kegagalan yang menyakitkan hatiku. Atau bisa jadi aku telah menjadi pecundang dari kenyataan pahit ini.

Biasanya aku akan datang sekitar jam delapan malam. Aku memarkir motor di kegelapan dan berjalan perlahan menuju tempat dia biasa menunggu tamu. Jelas aku tidak akan berani masuk ke dalam ruangan yang pengab dengan asap rokok dan bau minuman itu. Aku terlanjur malu dengan dia. Makanya, aku hanya berani berdiri di luar, di dalam kegelapan, dengan tatapan mata yang sangat awas yang tertuju pada ruangan di mana dia duduk santai sambil mengepulkan asap rokoknya.

Seringkali aku dibakar api cemburu ketika ada lelaki yang menghampirinya dan merayunya. Api cemburu itu semakin menjadi-jadi ketika dia juga meladeni lelaki yang merayunya dengan senyum dan tawa. Dan hatiku benar-benar hangus ketika kulihat dia masuk ke dalam biliknya ditemani lelaki itu. Saat itu juga batok kepalaku dipenuhi berbagai pikiran-pikiran buruk. Ya, sudah jelas, di dalam bilik sederhana itu mereka akan bergulat, bergumul, dan saling terkam dalam dengus napas birahi.

Ah, sebenarnya tidak begitu. Itu hanya pikiran-pikiran burukku saja. Aku tahu dia perempuan lugu yang terjebak dalam situasi seperti itu. Semacam anak kijang yang masuk perangkap pemburu.

Aku merasa aku telah jatuh hati padanya. Kamu tahu, bagaimana proses jatuh hati itu kualami? Baiklah, akan kuceritakan untukmu. Saat itu aku diajak oleh kawan karibku datang ke tempat ini. Kawanku itu menemui langganannya. Sedang aku hanya bengong-bengong di ruangan sambil minum kopi. Seorang ibu paruh baya menghampiriku. Dengan mata genit ibu itu mengatakan padaku kenapa aku tidak masuk kamar? Aku bilang bahwa aku lagi ingin sendiri, lagi ingin menikmati suasana saja. Ibu itu mengatakan ada yang baru, masih belia, baru datang dari kampung. Ibu itu bilang usianya baru 15 tahun. Dalam hati aku tertarik juga dengan perkataan ibu itu. Wah, masih belia sekali? Aku jadi ingin tahu kayak apa perempuan yang dibilang belia itu? Ibu tua itu kemudian memanggil dia.

Sehabis mandi, ibu tua itu mengantar perempuan itu kepadaku. Dengan malu-malu perempuan ingusan itu duduk di sebelahku. Dia hanya diam dan tidak berkata-kata. Wajahnya manis dan memang masih bau kencur. Entah anak siapa yang disesatkan ke tempat seperti ini. Ibu tua itu menyuruhku segera mengajaknya masuk kamar, tentu dengan tarif khusus, lebih mahal dari biasanya.

Di dalam kamar, perempuan itu masih diam, tak banyak bicara. Dari wajah kekanak-kanakannya terpancar perasaan cemas dan keragu-raguan. Aku jadi iba melihat tingkahnya yang memelas itu. Aku segera mencegah saat dia hendak melucuti busananya. Dia bingung dengan tingkahku.

"Saya harus melayani tamu saya," jelasnya.

"Aku tak perlu dilayani. Aku hanya ingin ngobrol denganmu. Dan aku akan tetap membayar sesuai tarif yang telah disepakati," ujarku.

Aku menatap wajah yang lugu itu. Entah kenapa aku jadi tidak tega dan merasa simpati dengan dia. Mungkin aku terjebak pada pancaran matanya yang begitu diliputi kepolosan sekaligus kecemasan. Aku telah mengenal sejumlah perempuan yang bekerja seperti ini. Tapi dengan perempuan satu ini, aku merasakan dalam diriku bangkit suatu keinginan menjadi hero, ingin menyelamatkannya.

Aku mendekapkan kepalanya ke dadaku. Aku membelai-belai rambutnya yang sebahu. Tiba-tiba saja aku merasa menjadi seorang kakak yang ingin melindungi adiknya dari segala marabahaya.

"Mengapa kamu bisa berada di tempat seperti ini?" tanyaku lirih. "Seharusnya kamu menikmati masa-masa sekolahmu, seperti teman-temanmu yang lain.."

Perempuan itu diam dan menatapku lembut.

"Saya tidak tahu, Mas. Saya diajak oleh tante saya ke sini. Saya dijanjikan pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan. Tapi ternyata saya dijebak di sini oleh tante saya sendiri."

Aku kaget mendengar pengakuannya yang memilukan itu. Diam-diam dalam hatiku, rasa kasihan perlahan menjelma rasa simpati dan keinginnan untuk mengasihinya.

"Kamu ingin pergi dari tempat ini?"

"Ya, jelas, Mas. Tapi bagaimana caranya saya bisa pergi dari sini?"

"Aku akan ngomong sama bosmu."

"Mustahil, Mas!"

"Mengapa mustahil?"

"Mas tidak paham situasi di sini. Sekali perempuan terjebak dalam tempat ini, maka seumur hidup akan berkubang di sini."

"Tidak. Aku akan menyelamatkanmu. Kamu harus melanjutkan sekolahmu. Dan kamu mesti cari kerja yang lebih bagus dari kerja begini."

Perempuan bau kencur itu menundukkan kepalanya. Matanya memancarkan harapan, harapan bagi sebuah kebebasan.

Aku cium keningnya. Aku bisikkan beberapa patah kata agar dia bersabar dan tabah. Aku ke luar dari bilik dengan perasaan gundah.

"Gimana, Mas? Bagus, kan?" Ibu paruh baya itu berdiri di depan pintu dan mengerlingkan mata genit ke arah mataku.

Tiba-tiba saja aku ingin muntah melihat tampang ibu genit itu.

"Aku ingin ngomong sama bosmu," ujarku dengan nada agak geram.

"Ada apa, Mas? Apa servisnya tidak memuaskan ya...? Wah, kalo gitu saya akan lapor ke bos."

"Jangan. Bukan masalah itu. Ada yang aku ingin bicarakan sama bosmu. Tolong panggil dia."

Perempuan paruh baya kepercayaan bos itu tergopoh-gopoh menemui bosnya. Tak berapa lama, dia muncul kembali mengiringi perempuan agak gembrot dengan wajah menyiratkan kelicikan.

"Ada apa, Mas? Apa dia tidak melayani Mas dengan baik?"

"Bukan masalah itu, Bu. Kira-kira kalau aku ingin mengajak dia keluar dari sini, gimana?"

Wajah perempuan gembrot yang licik itu seketika berubah curiga.

"Maksud Mas gimana?"

"Aku ingin mengajak dia pergi dari sini."

"Kalau begitu Mas harus menebusnya Rp 5 juta, gimana?"

Aku terkesiap. Gila benar si gembrot ini. Mengapa aku mesti menebusnya sebanyak itu? Bukankah setiap orang berhak memilih kebebasannya?

"Kenapa aku mesti menebus sebanyak itu? Dia bukan barang mati. Dia manusia yang memiliki kebebasannya," ujarku geram.

Si gembrot tersenyum sinis.

"Mas ini kayak tidak mengerti aja. Dia berada di bawah pengawasan dan tanggung jawab saya. Tantenya telah menitipkan dia pada saya."

"Kalau begitu, kamu tidak berhak menjual dia dengan mempekerjakan dia sebagai pelacur," ujarku semakin geram melihat tingkah si gembrot.

"Hidup makin sulit Mas. Semua orang perlu uang dan sekarang ini segala sesuatu diukur dengan uang. Begini saja Mas. Kalau Mas mau membawa dia, maka Mas sediakan uang Rp 5 juta. Itu saja."

Si gembrot sambil menggerutu pergi meninggalkan aku yang masih terbengong-bengong. Sejenak aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Aku pun pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan luka. Sepintas kulihat mata perempuan yang ingin kuselamatkan itu berkilat basah menatap kepergianku.

Beberapa hari kemudian aku berusaha mendapatkan uang sebanyak itu untuk menebus dia. Aku berusaha meminjam kepada kawan-kawanku. Namun usaha kerasku hanya berbuah kesia-siaan. Aku hanya bisa mengumpulkan Rp 2 juta. Aku kembali ke tempat itu dan mencoba tawar-menawar dengan si germo gembrot, tapi sia-sia belaka. Si gembrot tetap pada pendapatnya semula.

Aku merasa kecewa dengan diriku sediri. Aku tidak berdaya menyelamatkan dia. Aku tidak habis-habisnya mengutuki diriku sendiri, mengapa aku tidak berkesempatan jadi orang kaya.

Maka seperti saat ini, setiap malam aku hanya bisa menatap dia dari kegelapan malam. Sambil menahan hatiku yang hampir hangus dibakar cemburu, aku melihat dia bercengkerama dengan para tamu. Sepertinya dia bahagia dengan pekerjaan yang dijalaninya. Setiap melihat senyum dan tawanya, aku merasa bersalah sekaligus kecewa dengan diriku sendiri. Pada akhirnya aku hanya jadi pecundang.**
Apa yang harus aku lakukan? Berilah aku saran! Aku benar-benar pusing.
Apabila masalahku ini berlarut-larut dan aku tidak segera menemukan pemecahannya, aku khawatir akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan kegiatanku dalam masyarakat. Lebih-lebih terhadap dua permataku yang manis-manis: Gita dan Ragil.

Tapi agar jelas, biarlah aku ceritakan lebih dahulu dari awal.
Aku lahir dan tumbuh dalam keluarga yang -katakanlah-- kecukupan. Aku dianugerahi Tuhan wajah yang cukup cantik dan perawakan yang menawan. Sejak kecil aku sudah menjadi "primadona" keluarga. Kedua orang tuaku pun, meski tidak memanjakanku, sangat menyayangiku.

Di sekolah, mulai SD sampai dengan SMA, aku pun --alhamdulillah-juga disayangi guru-guru dan kawan-kawanku. Apalagi aku sering mewakili sekolah dalam perlombaan-perlombaan dan tidak jarang aku menjadi juara.

Ketika di SD aku pernah menjadi juara I lomba menari. Waktu SMP aku mendapat piala dalam lomba menyanyi. Bahkan ketika SMA aku pernah menjuarai lomba baca puisi tingkat provinsi.

Tapi sungguh, aku tidak pernah bermimpi akhirnya aku menjadi artis di ibu kota seperti sekarang ini. Cita-citaku dari kecil aku ingin menjadi pengacara yang di setiap persidangan menjadi bintang, seperti sering aku lihat dalam film. Ini gara-gara ketika aku baru beberapa semester kuliah, aku memenangkan lomba foto model. Lalu ditawari main sinetron dan akhirnya keasyikan main film. Kuliahku pun tidak berlanjut.

Seperti umumnya artis-artis popular di negeri ini, aku pun kemudian menjadi incaran perusahaan-perusahaan untuk pembuatan iklan; diminta menjadi presenter dalam acara-acara seremonial; menjadi host di tv-tv; malah tidak jarang diundang untuk presentasi dalam seminar-seminar bersama tokoh-tokoh cendekiawan. Yang terakhir ini, boleh jadi aku hanya dijadikan alat menarik peminat. Tapi apa rugiku? Asal aku diberi honor standar, aku tak peduli.

Soal kuliahku yang tidak berlanjut, aku menghibur diriku dengan mengatakan kepada diriku, "Ah, belajar kan tidak harus di bangku kuliah. Lagi pula orang kuliah ujung-ujungnya kan untuk mencari materi. Aku tidak menjadi pengacara dan bintang pengadilan, tak mengapa; bukankah kini aku sudah menjadi superbintang. Materi cukup."

Selasa, 09 Maret 2010

cinta...
kata kata itu selalu terucap dari mulut setiap orang di sepanjang masa dan tanpa mengrti arti dari cinta itu sendiri. mereka para pemburu cinta dengan mudah mengucapkan kata kata itu dan juga dengan mudah mengobral jaji setianya kepada setiap orang yang dekat atau mengenal dia dan dengan enteng dia bilang kalau dirinya itu mempunyai cinta sejati yang akan dia kasihkan kepada orang yang deket sama dia,,,,,
dan pada saat ini kata cinta sudah mulai kotor dan hampir tidak ada yang percaya dengan cinta sejati karena cinta sejati hanya akan membuat

Sabtu, 20 Februari 2010

Ciri-ciri orang yg mencintaimu :
1.Orang Yg mncintaimu tidak prnah bisa mmbrikan Alasan knp ia mnC intai qm,Yg ia tw d"mta_nya hnya ada qm stu"nya,,
2.Orang Yg mncnTai qm Sllu Mnrima Apa adanya d" mta_nya qm sllu tercantik/tertampan walau mngkn qm mrasa brat bdan qm sdah berlebihan
3.Orang yg mncntai qm akan sllu mngrimkan sms "Met Pagi","met Malem","met siang","Met sore","met Bobo"..Walau qm tidak prnh Mmbalas_nya,,
4.orang yg mncintai qm pasti akan sllu mngingat kejadian Yg d"lalui sma qm..bahkn mngkin qm lp akan kjdian itu,,
5.orang yg mncintai qm akan gugup bila sdang bertelfon sma qm,,
6.orang yg mncintai qm sring mlakukan hal-hal konyol sprti mnelfon qm sampai berkali".,,
7.jika qm memnta d" ajari ssuatu pda_nya dy akan ttp sabar walau pun qm sulit mngerti..
8.kalau qm mlihat d" handphone_nya mka nmamu mnghiasi sbagian besar InBox_nya,ia msih mnympan pEsan dri qm walaupun psan itu sdah qm kirim berblan" yg lalu..
9.jika qm mnghndari_nya atau mmberi reaksi pnolakan,,ia akan mnghindarinya dan menghilang dari kehdupnmu walau hal itu mmbunuh hati_nya,,karena Yg ia inginkan hanyalach kebahagiaanmu..
HATI YANG HILANG
Hati yang hilang adalah sebuah kisah kelasik dari seluruh dunia dimana setiap orang akan menggapai hati itu
Adanya suatu istana nan megah dengan limpahan kekayaan dunia,emas berlian,intan,mutiara dan berlian yang tiada habisnya.Singasana yan ter buat dari jamrud yang dilapisi emas,baju sang raja yang begitu megah di pandang rakyatnya ber sulamkan benag emas dan denagan untaian berlaian di sekitarnya.Istana nan ber lantaikan kaca kristal yang gemerlab,alangkah megah nya istana ter sebut.Dan dengan ribuan perajurit serta para punggawa setia,selir dan para keturunan raja nan cantik dan tampan.Dan pada intinya sang raja tiada mendapat ke kurangan.Namun pada suatu malam raja ber mimpi,dimana ia melihat se ekor unta yang ke hausan di tengah padang pasir nan tandus.Ia hanya menatapnya dari jarak nan tak jauh dan unta ter sebut
mendekatinya dan meneteskan air mata.Sontak sang raja sadar dari tidurnya dan bertanya perihal apa yang
terjadi.Sehingga pada ke esok hariannya ia bertanya kepada seluruh penasehat istana perihal mimpi ter sebut
namun tak satu pun ada yang tau maknanya.Dan ketika itu datang lah se orang yang tua renta lagi miskin
untuk meng hadap kepada raja,para punggawa pun menahannya d gerbang istana.Sang raja hanya melihat dari singga sana megahnya.Sontak raja sadar inilah makna mimpinya yaitu dengan kekayaan dan kemega-
han dunia yang ia miliki ia telah lupa akan hal yang sangat mahal yaitu ia telah ke hilangan hatinya.
semoga kita semua tak lah sama seperti kisah sang raja ter sebut,kehilangan hati karna harta,kedudukan
dan popularitas.
so inilah sedikit karangan saya untuk renungan saya dan kita semua....
kisah yang berakhir dengan kejadian tragis dan menyedihkan.
awal pertemuan mereka tidak terduga dua insan yang akhirnya di ikat dengan cinta yang tak bisa bersatu.mereka bertemu di sebuah pesta ulan tahun temannya .rani yang datang dengan penampilan yang anggun ,wajah mendongak ,layaknya seorang putri cina.tak memperdulikan sekitarnya.tidak sengaja dia menabrak seorang pemuda tampan yang sedang berdiri di sudut ruangan pesta saat itu.
"Tuan maaf.saya tidak sengaja menabrak anda,sungguh...(kata rani dengan nada meyakinkan,karena merasa bersalah) sudikah tuan memaafkan saya?"(dengan nada memelas)"sang pemuda kemudian berbalik menghadap sang putri cantik yang menabraknya itu,tatapannya tajam,cukuplama dan menegangkan juga tatapan dua insan itu,entah apa yang tersirat dalam tatapan dua wajah insan remaja ini."oh... tak mengapa nona ,saya tidak apa-apa ,dan saya memaafkan anda "(kata sang pemuda itu)"kalau begitu ,sebagai permintaan maaf saya bagaimana jika saya membersihkan baju anda,bolehkah?"(sambung rani)
"sudahlah nona,biar saya bersihkan sendiri saja...(tolak sang pemuda)"baiklah kalau begitu,tapi kiranya bolehkah saya tau siapa nama anda?(sambil menjulurkan tangan perkenalan )nama ku rani,siapa nama anda?"
(menerima jabatan tangan rani)"nama saya randi."
"maukah anda pulang bersamaku,kebetulan aku pulang sendiri"(ajak rani)"tentu saja nona cantik,mari...."(terima randi tanpa basa-basi)"dimana kau tinggal Ran?"tanya rani"itu di depan sana (sambil menunjuk ke suatu tempat)"baiklah ku antar kau kesana ya ." ya.di sini aku tinggal,kau mau mampir dulu?"
tidak terimakasih,aku harus segera pulang sudah malam,terimakasih kau sudah mau menemaniku"(kata rani)"sama-sama terimakasih juga kau sudah mengantarkanku pulang,senag bertemu dengan wanita cantik dan baik sepertimu(kata randi memuji rani
Di suatu pulau kecil ada seorang gadis bernama CINTA dan teman-temannya namanya kecantikan, kesedihan, kegembiraan, kekayaan, mereka hidup berdampingan dengan baik namun suatu ketika datang
badai menghepas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menggelamkan pulau itu
semua penghuni pulau cepat2 berusaha menyelamatkan diri,CINTA sangat kebingungan sebab ia tak dapat berenang dan tdk mempunyai prahu dia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan smentara itu air smakin naik membasahi kakinya tak lama CINTA melihat Kekayaan sdang mengayuh perahu'kekayaan!kekayaan! tolong aku!,' teriak CINTA' Aduh! maaf, CINTA' kata kekayaan" aku tak dapat membawamu serta perahuku ini tenggelam lagipula tak ada tempat lagi bagimu.CINTA sedih sekali namun kemudian dilihatnya Kegembiraan lewat dgn perahunya " kegembiraan! tolong aku ! " teriak CINTA namun kegembiraan terlalu gembira karna ia menemukan perahu sehingga ia tak dpt mendengar teriakan CINTA, air semakin tinggi dan CINTA smakin panik.
Tak Lama lewatlah kecantikan " Kecantikan! bawalah aku bersamamu!, " teriak CINTA lg " Wah, CINTA kamu basah dan kotor, aku tak bisa membawamu nanti bisa mengotori perahuku yang indah ini " sahut kecantikan.CINTA sdih skali mendengarnya ia mlai menangis terisak-isak Saat itulah lewat kesedihan " Oh Kesedihan, bawalah aku bersamamu!, " kata cinta " Maaf CINTA aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja, " kata kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.CINTA putus asa.
Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya.Pada saat kritis itulah tiba2 terdengar suara "CINTA! Mari cepat naik ke perahuku!" CINTA menoleh ke arah suara itu dan cepat2 naik keperahu itu,tepat sebelum air menenggelamkannya di pulau terdekat, CINTA turun dan perahu itu langsung pergi lgi.Pada saat itu barulah CINTA sadar ia sama sekali tdk mengetahui siapa yang menolongnya, CINTA segera bertanya kpd penduduk pulau itu " Yang tadi adalah WAKTU ," kata penduduk itu "Tapi, mengapa ia menyelamatkan aku ? Aku tdk mengenalinya Bahkan teman2ku yg mengenalku pun enggan menolong" Tanya CINTA heran " Sebab HANYA WAKTULAH YANG TAHU BERAPA NILAI SESUNGGUHNYA DARI CINTA ITU"